Peluang Bisnis

Tawadhu dan rendah diri


Alkisah di suatu zaman, tatkala itu hiduplah seorang al-alim ma’rifatulah yang penuh hatinya dengan sejuta ke arifan dan ketawaduan akan perajalanan hidupnya dalam pengabdian pada sang khaliknya.Sehingga kita pantas untuk menjadikannya sebagai suri taluadan untuk proses dan perjalanan kehidupan kita..

Dalam perjalannan kehidupannya beliau senantiasa merendahkan diri akan apa yang ada pada dirinya, padahal dia seorang ahli ma’rifat yang sudah tentu jaminan bagi dirinya adalah janatu’naim (surga yang penuh dengan kenikmatan ), namun beliau tidak merasa tinggi akan kelebihan dan keistimewaan yang di milikinya, karena ia sadar hidupnya hanya semata-mata untuk pengabdian yang di ikuti dengan keikhlasan akan pengabdiann dirinya , sehingga apa yang dilakukanya biasa menjadi suri tauladan bagi hamba-hamba lainnya.

Apa yang ia perbuat dengan ketwaduan dan kerendahan dirinya itu, ternyata ketika ia mengarungi kehidupannya , tatkala ia bertemu dengan anak kecil, ia berfikir dan berkata “wahai anak kecil engkau seorang yg mulia dan suci,perjalananmu masih panjang sehingga kamu bisa berbuat banyak amal baik,shingga kebaikanmu jauh lebih banyak dari pada aku,karena aku sudah tua renta sehingga kemungkinan untuk berbuat amal bagi diriku sangat kecil”.
Begitu pula ketika ia bertemu dengan seorang anak muda , ia berfikir dan berkata ”wahai anak muda,usiamu masih muda amal baikmu sudah mulai banyak, bahkan perjalanan hidupmu masih panjang sehingga kesempatan untuk berbuat amal banyak, terbuka lebar untukmu , sehingga amal baikmu jauh lebih banyak dari pada si tua renta ini.

Tak luput pula ketika beliau bertemu dengan orang seusianya maka kata-kata dan pemikiran itulah yang senantiasa menghiasi dirinya, bahkan ketika ia bertemu dengan orang yang jauh lebih tua ia berketa “wahai pak tua perjalanan hidupmu sudah panjang tentu amal baikmu jauh sangat banyak sekali,bahkan sampai waktu ini pak tua masih bisa beramal dan bisa menikmati hidup ini., yang belum tentu aku bisa hidup sampai usiamu wahai pak tua.

Demikian kisah ini penulis uangkapkan, semoga kisah ini bisa memberikan manfa’at khususnya bagi penulis, mungkin untuk kesimpulan kisah ini pembaca jauh lebih tahu dari pada penulis yang ini .namun ada sedikit gambaran yang mudah-mudahan benar, yaitu sebagai kuncinya:

Beliau seorang al-alim dan ahli ma’rifat,artinya dia seorang yang penuh dengan keilmuan dan seorang hamba yang mulia , namun apa yang senantiasa ia ungkapkan dan ia pikirkan, selalu di ikuti dengan kearifan dan ketawaduan jiwanya, yang sebenarnya belum tentu orang lain bisa menggapai mertabat kearifan dan ketawaduan serta kerendahan diri beliau, namun mengapa beliau senantisa berkata dan berfikir seperti yang di ungkapkan di atas??

Jawabannya ada di hati pembaca sekaalian.

“Man lam ya’rif sarron yako’u fihi”


Artikel Terkait



0 komentar: